Masih banyak peduduk kita yang masin buta akasara, menurut data Subdin PLS dinas pendidikan Jabar yang di lansir oleh “PR” salah satu media cetak yang ada di Jawa Barat menjelaskan bahwa buta aksara di Jawa Barat masih cukup tinggi, tahun 2006 yang buta aksara usia 15 tahun ke atas mencapai 1,5 juta orang. Dari jumlah tersebut ternyata lebih dari 50 ribu orang terdapat di kabupaten Bandung dan menduduki urutan k eke 9 dari 25 kabupaten yang ada di Jawa Barat
Permasalahn buta aksara memang salah satu permasalahan yang harus di berantas jangan sampai permasalahan ini ada atau muncul kepermukaan. Hal ini akan sangat merugikan bangsa kita, karena bangsa kita sangat memerlukan perhatiaan dari kita sebagai warga Negara yang baik dan bertangungjawab.
Pemerintah dalam hal ini sudah banyak meluncukan program dalam upaya memberantas permasalahan buta aksara ini, dengan program wajib belajar 9 tahun, kejar paket a, b dan c. dan banyak lagi program yang lainnya. Tapi sampai saat ini memang masih banyak kendala yang kesemuanya berujung pada permasalahan ekonomi masyarakat kita yang cenderung belakang ini banyak yang terpuruk.
Ditengah-tengah berbagai permasalahan pemberantasan buta aksara tetap harus di berantas jangan sampai terjadi karena akan sangat memperparah kondisi bangsa ini. Pemerintah perlu mencari sistem yang tepat dalam pemberantasan buta aksara tersebut. Pemberantasan buta aksara sangat memerlukan kepeduliaan dan kesadaran dari seluruh masyarakat. Seperti halnya pemebrantasan buka aksara yang dilakukan di desa Cilampeni kec. Katapang terhadap para lansia dan pra lansia. Perlakuan dan caranya memang sangat berbeda terhadap masyarakat yang buta aksara di bawah pra lansia. Diperlukan ketekunan dan kesabaran serta system yang tepat dalam melaksanakannnya.
Latar belakang buta aksara
Banyak hal yang melatar belakangi kenapa para lansia atau pra lansia tersebut menjadi buta aksara. Ibu Sri 85 tahun warga RW 21 Desa Cilampni murid kelas 2 program KF, menuturkan latar belakang dia tidak bisa baca tulis hitung bahwa pada saat itu sekolah sulit, sekolah sangat jarang, dan kalau mau pergi keseolah tersebut harus berjalan cukup jauh, harus menyebrangi sungai Citarum, fasilitas sekolah pun seadanya dan sangat terbatas, tidak ada buku atau pensil tulis apalagi buku panduan seperti sekarang ini, ditambah pada saat itu kondisi Negara sedang dalam suasana penjajahan Kolonial Belanda, jadi kesempatan untuk beajar sangat kecil.
Tapi lain halnya yang di tuturkan oleh Ibu Edah 44 tahun, murid kelas satu warga Cijagra RW 04 desa Cilampeni yang usianya jauh lebih muda dari ibu Sri “Pada dasarna abdi teh males, bangor ,ti imah berangkat ka sakola teh, tapi malah main jeung ngojay di walungan Citarum, salian ti eta ya masalah ekonomi abdi mah tegaduh da sakola teh kedah di ongkosan, boro-boro kersakola ker tuang sadidinten oge kadang ripuh pisan (Pada dasarnya saya itu malas, nakal, dari rumah berangkat ke sekolah, tapi malah main dan berenang di sungai Citarum, selain dari itu maslah ekonomi karena sekolah itu memerlukan biaya, boro-boro untuk biaya sekolah untuk makan sehari-haripun report sekali)” tuturnya
Dari beberapa penuturan tersebut diatas kita sudah bisa menarik kesimpulan beberapa penyebab kenapa terjadi buta aksara. Penyebab tersebut yang harus kita hindarkan agar di kemudian hari tidak terjadi kembali lagi. Pada dasarnya penyebab-penyebab tersebut sudah sangat di kenal oleh masyarakat semua. Hanya tinggal implementasi dan penangana yang lebih serius dari semua pihak yang terkait.
Keingin Muncul Dari Kegiatan
Hidup dimasyarakat tanpa kemampuan baca tulis hitung, merapakan suatu kesulitan yang dirasakan oleh para lansia atau pun pra lansia. Berbagai kesulitan yang di rasakan seperti halnya kesulitan berkomunikasi lewat tulisan salah satunya, sehingga timbul suatu rasa rendah diri, karena ketidak mampuan tersebut.
Keinginan minat untuk bisa baca tulis hitung dimulai dari berbagai kesulitan-kesulitan yang dirasakan, seperti halnya yang di tuturkan oleh Ibu Sri 85 tahun. “teu bisa maca jeung nulis mah sulit pisan rek naon-rek naon teh, tah ayena mah abdi saalit-saalit diajar ka ibu Kades, awalna abdi sok ngiringan senam lansia, ti mimiti senam di tempat tepi ka gerak jalan ibu ngiringan, waktos ibu kades nawisan program diajar baca tulis jeung hitung kanggo lansia ibu atoh pisan, nanging ibumah alim kunu sane, era, diajarna hoyong ku ibu Kades langsung (Tidak bisa Baca dan Nulis sangat sulit mau berbuat apapun, sekarang saya belajar kepada Ibu Kepala Desa, awalnya saya ikutan senam lansia, dari mulai senam di tempat sampai gerak jalan saya mengikutinya, saat Ibu Kepala Desa membuat program untuk belajar baca tulis dan hitung saya merasa gembira, hanya saya tidak mau belajar sama orang lain, malu, saya ingin belajar langsung sama ibu kepala desa)”
Hal yang tepat dilakukan oleh Ibu Tita (Ibu Kepala Desa Cilampeni sekaligus adalah ibu ketua pergerak PKK desa Cilampeni), yang akrab dipanggil oleh warga-nya dengan sebutan Ambu Lestari ini, mengajak sekaligus memotivasi warganya agar mau dan punya keinginan untuk belajar baca tulis dan hitung.
“Saya sebagai ketua pengerak PKK di Desa Cilampeni, mula-mula mengajak semua ibu-ibu di desa Cilampeni ini dalam berbagai kegiatan, seperti halnya senam pagi yang diadakan setiap minggu pagi, Dari mulai seragam senam dan pelatan penunjangnya kita siapkan, dan ternyata hasilnya cukup memuaskan, Pada saat dinas pendidikan menurunkan program KF atau disebut juga keaksaran fungisonal, maka saya canangkan dan program kan pada ibu-ibu yang aktif pada kegiatan kegiatan senam tersebut yang kebetulan ada beberapa yang belum bisa baca tulis, dan responnya sangat baik, terbukti sampai saat ini ada 19 orang lansia dan pra lansia yang mengikuti program KF ini baru dari 4 RW, dan kita kedepan kita akan kembangkan ke RW-RW lainnya” tuturnya
Program yang diturunkan oleh pemerintah melalui dinas pendidikan termasuk didalamnya ada program kejar paket A,B, C dan KF, Program KF atau Keaksaran Fungsiaonal di khususkan bagi para lansia dan pra lansia yang buta aksara. Pemerintah dalam implementasi program KF diserahkan kepada daerah atau desanya masing-masing untuk mengelolanya. Dalam hal ini pemerintah hanya membantu monitoring, penyedian buku dan biaya oprasional pelaksanaan program KF tersebut.
Proses Belajar Mengajar
Kami ibu KF
Para lanjut usia
Ikut belajar tiada batas usia
Pagi bekerja, sore belajar
Walaupun capai kami tetap semangat
Bait lagu diatas selalu di lagukan ketika para lansia tersebut akan mulai belajar, lagu tersebut seakan menjadi lagu wajib bagi para pelajar KF desa Cilampeni, Lagu tersebut diciptakan oleh Ibu Tita (Ibu Kepala Desa Cilampeni), yang sairnya mirip dengan sair lagu “anak sehat” ini bertujuan agar ibu-ibu para pelajar di program KF ini bisa terus semangat.
Para murid yang belajar pada program KF ini dibagi dalam 2 kelas yaitu pertama kelas satu adalah siswa yang belum atau baru mengenal hurup, atau angka, sedangkan kelas dua adalah siswa yang sudah mengenal hurup atau anggka serta bisa menggabungkannya tetapi belum lancar. Metoda pengajaran yang di gunakan oleh ibu Tita sebgai ibu ketua pengerak PKK sekaligus pengajar pada kelas KF ini adalah dengan memaki meto pendekatan dan dengan berbagai topic yang setiap hari banyak dikaukan oleh para lansia taupun pra lansia, diantaranya masalah lingkunagn, kebersihan, kesehatan, olah raga dan pemasalahan keluarga lainnya. “tujuan dari penerapan metoda pengajaran dengan melakukan pendekatan personal serta dengan membawakan topic yang nyata atau yang biasa terjadi dalam dilingkungan kita setiap hari adalah agar pengajran itu cepat terserap atau cepat dimengerti oleh murid-murid kita, karena seperti kita ketahui bahwa murid di KF ini usianya sudah pada tua jadi daya ingatnya mungkin sudah berkurang apalagi ditambah dengan berbagai kesibukan yang harus dilaksanakannya”
Harapan yang luhur
Program KF “Keaksaraan Fungsional” yang di selangarakan oleh Desa Cilampeni itu merupakan sutu program yang luhur dan mencermintkan suatu kepedulian yang tinggi, baik dari pengajar maupun dari murit-murid yang belajarnya. “Ini merupakan awal program kami, dan ini merupak suatu percontohan bagi masyarakat yang lain yang ada di desa Cilampeni khusnya. Setelah program ini selesai kita sudah mempersiapkan lagi program lanjutan dan ini akan melibatkan 21 RW yang ada di Desa Cilampeni, dimana semua RW harus mendata warganya yang belum bisa baca, tulis dan hitung. Jika ternyata berdasarkan hasil pencacahan menujukan banyak masyarakat yang belum bisa serta di respon dengan baik oleh masyarakat, kita akan buka kelas khusus dan tempatnya akan menggunakan Ruangan-Ruangan yang ada di Desa Cilampeni, sedangkan tenaga pengajarnya kita akan menggunakan potensi yang ada di desa Cilampeni, karena di desa Cilampeni banyak sekali masyarakat yang sebenarnya mampu dan mau untuk menjadi tenaga pengajar yang tertunya berpendidikan dan berpengalaman dibidangnya, tinggal bagaimana kita meberdayakannya” tutur Ibu Tita
Langkah positif yang di tempuh oleh kader PKK yang ada di Cilampeni ternyata banyak mendapatkan respon yang sangat positip dari berbagai kalangan, baik dari unsure masyarakat maupun dari unsure pemerintah. “ini sesuatu yang harus menjadi percontohan bagi desa-desa atau daerah lain, dimana kader pengerak PKK di desa bisa menjalankan dengan baik salah satu program pemerintah dalam pemberantasan buta aksara yang ada di wilayah kerjanya, saya harapkan semua desa dan wilayah yang ada di kec. Katapang ini bisa mengikuti langkah positif seperti yang di lakukan oleh Ibu kader PKK di Desa Cilampeni” Tutur Camat, kec. Katapang Dra. Hj Nina Setiana M.Si.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar