Jumat, 02 November 2007

Rendahnya Kesadaran Akan Sampah, Membuat Citarum Jadi Sungai Sejuta Sampah

Ironis bukan kalau di satu sisi pemerintah provinsi Jawa barat, mengelolakan uang rakyatnya untuk memperbaiki aliran sungai Citarum yang sudah penuh tertimbun dengan sampah. Sampah-sampah dan endapan dari sungai Citarum di keruk, hasilnya ratusan ribu kubic setiap harinya yang berhasil di keruk dari sungai Citarum dan sekarang tahapan pembenahan sungai Citarum sudah hampir 70 % dari total perencanaan pembenahan pengerukan tersebut.
Tapi apa yang terlihat sekarang ketika hujan mengguyur kota Bandung dan sekitarnya, air-air hujan tersebut ternyata membawa ribuan sampah yang mungkin jumlahnya sampai puluhan ton dalam satu hari. Kita bisa bayangkan bila sampah -sampah itu tiap hari terbawa ke sungai Citarum, dan kita bisa prediksi kapan sungai Citarum itu harus di keruk kembali karena sampah akan segera menggunung kembali di sungan Citarum. Mungkin tidak akan hitungan tahunan pemerintah harus menggunakan uang rakyatnya untuk mengeruk sungai Citarum tersebut.
Ulah rakyat yang tak bertanggungjawab, yang tak menyadari bahwa ulahnya akan membuat rakyat sendiri yang menderita. Seandainya rakyat termasuk pemerintahnya menyadari semua itu tentunya semua ini mungkin tidak akan terjadi dan tidak akan banyak menghabiskan uang rakyat untuk proyek tersebut yang kadang di sunat dengan ketentuan birokrat atau untuk kepentingan sekelompok golongan tertentu.
Ribuan sampah yang hayut terbawa air yang hitam legam di sungai Citarum, mencermintan prilaku para penduduknya yang membuat kontribusi terhadap dampak pencemaran tersebut. Prilaku yang brokrok, yang tidak betanggungjawab, prilaku yang jauh dari norma-norma dan etika kebersihan dan kesehatan, jauh dari etika yang ramah lingkungan, sungguh suatu keprihatinan, kalau kita ibaratkan pada sebuah penyakit mungkin ini suatu kondisi yang sangat kritis, yang akan mengancam jiwa yang mungkin berujung dengan kematian.
Sungguh suatu hal yang harus secepatnya kita sadari, bahwa kita semua sedang sakit, dan obatnya hanya kita sediri yang mengetahui. Resep dan ketentuannya semua sudah kita ketahui, tinggal bagaimana pelaksanaannya. Penyakit yang sebenarnya mungkin ada pada kejiwaan kita, sehingga kita tidak sadar akan bahanya. Darah kita harus di cuci, otak kita harus di netralisasi, agar pradigma dan cara pandang serta prilaku kita bisa lebih sehat.
“Memang itu kenyataan yang terjadi, bahwa tingkat kesadaran masyarakat kita tetang bahaya sampah sangatlah kurang, Mungkin kalau sudah terjadi seperti kasus yang terjadi di TPA Lewi Gajah yang makan banyak korban, mungkin kita akan sadar sejenak, dan biasanya terlupakan kembali” Ujara Jefri Rohman, salah satu peneliti lingkungan dari PSDK.
Sungai Citarum hanya salah satu diantara ribuan sungai yang ada di Indonesia, yang mungkin nasibnya tak jauh beda dengan sungai Citarum ini. Disadari atau tidak disadari kerusakan habitat lingkungan tersebut hampir sepenuhnya ulah para mahluk yang disebut manusia.

Baceprot Kuwu Mengali Potensi Pasebban

Baceprot kuwu adalah salah satu acara di PASS FM yang di bawakan oleh para kepala desa yang ada di kec. Katapang, periode 26 September 2007 acara Baceprot kuwu dibawakan oleh Bapak Kades Pangauban, Bapak Yuyun Sujana SE, mencoba mengangkat potensi yang ada di Pasebban dengan menampilkan salah satu group yang tergabung di pasebban Kec. Katapang.
Group terebang Pusaka yang di pimpin oleh Bapak Aang Halim, pria 65 tahun yang akrab di panggil Aki Girang . Group kesenian trasional terebang ini berasal dari Desa Banyusari Kec. Katapang adalah sebagai salah satu potensi yang ada di kec. Katapang. Terdiri dari 7 pemain. 5 pemain berlaku sebagai penabuh musik yang terdiri dari Kempyung, kempring, Godepblag, rincah, dan tempet. 2 orang berlaku sebagai penyanyi yang disebut dengan dulah atau juru lagu dan ratib atau juru alok.
“Seni terebang ini adalah kesenian buhun (jaman dulu) yang dulunya di pakai oleh para penyebar agama Islam untuk mempermudah dalam penyebaran Agama Islam, karena alat musik terebang ini terbilang alat musik yang sederhana dan gampang di lakukan olah masyarkat pada saat itu” Tutur Bapak Aang Halim
Penampilan kesenian terebang pun tak lepas dari perhatian Nandang alias Tungkul Arwana, yang saat itu haidir untuk begabung dan memeriahkan kesenian terebang.

Kamis, 01 November 2007

“Nandang alias Tungkul Arwahna” adalah Tukul Arwananya Kec. Katapang

Mirip Tukul
Dedi Nandang Iskandar, pria 38 tahun kelahiran Sumedang ini, kini banyak orang mengenalnya sebagai Tukul Arwana karena bulan Agustus 2007 yang lalu dia berhasil nenjadi Juara satu dalam lomba orang mirip Tukul se Bandung Raya yang di selenggarakan oleh TRANS-7, dan telah di nobatkan oleh Tukul Arwana yang asli.
Dedi yang kesehariannya adalah sebagai salah satu prajurit TNI Angkatan Udara dari panggkalan TNI AU Lanud Sulaeman ini, menetap dan tinggal di RW 25 Kampung Bojong tanjang Desa Sangkanhurip Ke. Katapang Kab. Bandung. Kini menjadi pusat perhatian bagi masyarakat disekitarnya, rambutnya yang cepak, kumisnya yang khas membuat dia memang seperti Tukul Arwana yang asli, dan kini dia mempunyai nama julukan yaitu “Tungkul Arwahna”

Finalis 5 Besar Dangdut Mania bersama Istri.
Tanggal 2 sampai 4 Sepetember 2007 yang lalu di kota Bandung bertempat di Hotel Horison Bandung, dilaksankan Audisi Dangdut Mania 2 TPI. Dedi Nandang Iskandar pada audisi tersebut berhasil lolos dan masuk pada 5 besar, dan berhak mewakili Bandung raya pada tingkat Nasional di TPI Jakarta.
Yang paling mengejutkan pada hasil audisi ini adalah dia lolos menjadi finalis 5 besar audisi Dangdut Mania 2 TPI bersama sang Istri “Marlina”. Wanita, 30 tahun kelahiran Garut ini ternyata pinter nyanyi juga, sehingga dia lolos besama sang suami menjadi Finalis 5 besar dan berhak untuk mewakili Prov. Jawa Barat di TPI Jakarta.

Menjadi kebanggaan daerah
Tak sia-sia semua pengorbanan yang selama ini dia perjuangkan, ternyata sekarang membuahkan hasil. Dukungan dari berbagai pihak pun tampaknya mulai mengaril, sejalan dengan prestasi yang di ukirnya. Kini suami-istri yang berpretasi ini menjadi kebanggan bagi kab. Bandung. Tidak bisa di pungkiri oleh kita semua, karena Dedi Nandang Iskandar atau “Tungkul Arwahna” besama sang istri “Marlina” telah mengharumkan nama kab. Bandung, dan menjadi duta dari provinsi Jawa Barat untuk di perlombakan kembali di tingkat Nasional di Jakarta.
“Sebagai Kepala Desa saya sangat bangga ternyata salah satu warga kita ini cukup berpretasi, saya sebagai pemerintah Desa Sangkanhurip akan sangat mendukun dan akan membantu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan saya untuk membantu melancarkannya” Tutur Bapak Aan Tirta Gandana Kepala Desa Sangkanhurip.
Dukungan pun datang dari Bapak Bupati Kab. Bandung yang secara responsive dia menyambut dan mendukung terhadap sepasang suami istri yang berpretasi ini. Bapak Bupati Kab Bandung melalu Sekda Kab. Bandung langsung mengundang Tungkul Arwahna bersama Marlina dan berjanji akan membantu sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang sudah ada di Kab. Bandung.
Berbagai dukungan pun ternyata bukan hanya dari kalangan pemerintahan tapi dari organisasi masyarakat pun banyak. Dari Pasebban Kec Katapang yang merkomendasikan ketingkat lebih atas baik tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi agar semua potensi seniman dan budayan ini bisa di maksimalkan. “Ini merupakan suatu asset bagi seniman dan budayawan kec Katapang, bahkan sekarang sudah menjadi asset Jawa Barat yang akan di pertandingkan di tingkat Nasional, yang sudah tentu akan mengankat citra dan mengharumkan daerah kita, sudah sepentasnya kita dapat membantunya dalam memperlancar kegiatannnya, kami dari Pasebban Kec. Katapang akan melayangkan surat kepada berbagai instasi pemerintah dan suasta yang terkait untuk dapat emmbadu dan mendukung para seniman dan buadayawan yang berprestasi seperti Tungkul Arwahna dan Marlina ini” jelsa Drs Asep Dikdik T .BE, ketua umum Pasebban Kec. Katapang saat Di konfermasi.
Hal senada juga di kemukakan oleh Bapak Nandan Rukama sebagai ketua DPK PASS FM yang tentunya PASS FM sebagai media yang indefenden adalah tempat yang stategis untuk masuk ke berbagai sektor juga berperan sebagai humas dan alat publikasi yang dapat menjadi jembatan agar semua bisa berperan aktif, yang jelas Penapilan Tungkul Arwahna dan Marlina pun sering di gelar di PASS FM dan sudah di jadwalkan satu minggu sekali bersama group Sundhut Bhantar Entertaiment dalam acara Glamor di PASS FM yang secara Live di tayangkan setiap Malam Sabtu jam 22.00 sampai jam 23.00 WIB.

Mohon Doa Restu
Prestasi Nandang alias Tungkul Arwahna dan Marlina pun tertunya tak lepas dari semua pihak. Jika semua unsure dan elemat baik pemerintah, pengusaha dan masyarakat peduli dan ikut ambilbagian didalamnya sesuai dengan porsinya masing-masing tentu bukan suatu hal yang mustahil prestasi itu teraih dengan baik.
“Mohon doa restu dan dukungannya saja dari semua pihak, tanggal 3 Nopember 2007 kita harus sudah tiba di Jakarta dan Tangal 6 November 2007 kita akan mewakili Bandung dalam acaraGerbang Dangdut Mania di TPI Jakarta. Doakan kami agar berhasil dan dapat merpersembahkan jaura masyarakat Bandung semua” tutur Dedi Nandang Iskandar alis Tungkul Arwahna.

PERLUNYA SUATU JAMINAN KESEHATAN BAGI USIA LANJUT

Masyarakat yang tergolong pada usia lanjut adalah merupakan kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian dan harus memperoleh jaminan dalam pemeliharaan kesehatannya, mengingat bahwa setiap warga negara berhak hidup dan memujudkan derajat kesehtanannya secara optimal. Usia anjut cenderung mempunyai penyakit non infeksi yang bersifat kronis sehingga mempunyai resiko tinggi dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Perlindungan para usia lanjut memang belum ada jaminan yang penuh dari pemerintah pemerintah hanya membuat sistem perlindungan tersebut dengan cara para usia lanjut bisa bergabung dalam kelompok masyarakat secara umum yang diharapkan pembiayaan bisa lebih murah karena dapat dibagi secara kelompok yang di kenal dengan JPKM “Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat”
“Waktu tanggal 14 Desameber 2005, lansia Budhi Luhur mendapat kunjungan dari 14 Negara yang tergabung di CIRDAP, rata-rata mereka merasa kagum terhadap para lansia yang ada di Indonesia, di Negara asal mereka para lansia itu sudah menjadi tanggungan Negara, tapi kalau di Indonesia selain tidak ditanggung oleh Negara para lansia masih bisa mandiri, kreatif dan berkarya untuk orang lain” Jelas Bapak Pur Mayor Moh. Nuh TNI AU ketua Paguyuban Lansia Budhi Luhur kepada PASS FM
Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 pada pasal 66 ayat 1 tentang kesehatan menyebutkan bahwa pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong Jaminan Pemeliharaan, Kesehatan Masyarakat (JPKM) sebagai cara yang dijadikan landasan setiap penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan, yang pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya, berazaskan usaha bersama dan kekeluargaan. Sedangkan pada UU 23 tahun 1992 pasal 1 nomor 15 menyebutkan bahwa Jaringan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna yang berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, kesimambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pempiayaan yang dilaksankan secara pra upaya.
Cara penyelengaraan JPKM yang dapat menjamin pemeliharaan kesehartan paripurna dengan mutu yang terjaga dan biaya yang terkendali, sekaligus dapat menjamin terjadinya pemerataan pemeliharaan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pertama adanya suatu ikatan (kontak) antara Badan Penyelanggara dengan Pemberi Pelayan Kesehatan dengan berbagai ketentuan akan hak dan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundangan. Kedua adanya pengendalian mutu yang dapat menjamin pelayan kesehtan yang diberikan sudah sesuai dengan standar. Ketiga adanya pemantauan pemenfaatan pelayanan kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan medis. Ke empat penangan keluahan dari peserta maupun dari PPK sehingga proses JPKM bisa berjalan stabil. Ke lima pembayaran PPK oleh peserta dilakukan dengan pembayaran pra-upaya, dalam hal ini dikaitkan dengan system kapitsi yang dikaitkan dengan mekanisme bagi hasil atasa ke untungan dan kerugian. Ke enam mekanisme bagi hasil pembayaran kapitasi biasaya disertakan dengan kesepakatan bagi hasil untuk menaggung resiko kerugian dan keuntungan secara bersama. Ke tujuh adanya mekanisme pemeliharan kesehtaan paripurna yang berbentuk suatu paket pemeliharaan kesehatran dasar yang disusun sesuai dengan kebituhan medis.

PENGRAJIN SANGKAR BURUNG DARI DESA SANGKANHURIP

Desa Sangkanhurip terletak di bagian selatan Bandung, tepatnya di kecamatan Katapang Kabupaten Bandung. Jumlah penduduk Desa Sangkanhurip sebanyak 18.617 orang yang terdiri dari 4840 kepala keluarga, dengan sebagain besar adalah suku sunda dan beragama Islam. Bedasarkan data statistic tahun 2005 menunjukan bahwa hampir 14.000 penduduk desa sangkanhurip tergolong pada usia angkatan kerja yaitu usia 15 sampai 60 tahun.
Luas desa Sangkanhurip adalah 306.977 ha yang terdiri dari 153.505 ha atau hampir setengah dari wilayah desa Sangkanhurip adalah wilayah pertanian dan 107.665 ha yang dipakai sebagai wilayah pemukiman warga. Walaupun secara geografis desa Sangkanhurip sebagian besar adalah wilayah pertanian tapi ternyata penduduk desa Sangkanhurip yang berprofesi sebagai petani hanya sebagian kecil saja sedangkan sebagaian besar penduduknya berprofesi sebagai buruh atau pekerja swasta. Propesi pekerja swasta atau buruh pun terbagi menjadi beberapa kelompok, ada yang memang bekerja di perusahaan-perusahaan milik swasta dan ada juga yang mempunyai usaha sendiri atau dengan kata lain wiraswata. Wiraswasta yang berkembang di desa Sangkanhurip terbagi menjadi beberapa golongan yaitu indrustri pakaian, industri makanan, industri kerajinan dan lain-lain. Industi kerajinan yang ada di desa Sangkanhurip cukup beragam yaitu, industri kerajina peralatan rumah tangga, kerajinan daur ulang barang-barang bekas dan industri kerajian pembuatan Sangkar burung.
Pembuatan kerajinan sangkar burung di desa Sangkanhurip sudah berlangsung cukup lama dan turun-temurun, sulit rasanya kalau kita menelusuri siapa yang paling awal menekuni kerajinan sangkar burung ini. Era rahun 1960-an kerajinan sangkar burung tersebut paling banyak berada di desa Sukamukti yang letaknya di sebelah timur desa Sangkanhurip, tapi seiring dengan perkembangan justru yang cukup berkembang malah para pengrajin sangkar burung yang ada di desa Sangkanhurip, sedangkan para pengrajin sangkar burung yang ada di desa Sukamukti lambat laun makin sedikit dan sudah banyak yang beralih ke propesi lain.
Proses produksi pembuatan sangkar burung yang dimulai dari yang paling sederhana sampai sekarang berkembang seiring dengan permintaan konsumen dan tuntutan pasar yang menginginkan perubahan yang lebih baik, indah dan tahan lama membuat para pengrajin harus lebih kreatif dan inovatif. Tuntutan pasar dan permintaan konsument tersebut sepenuhnya harus mendapat perhatian yang optimal dari para pengrajin. Naik turun dan pasang surut dalam menjalani propesi menjadi pengrajin sangkar burung memang cukup berat dan hanya mereka yang bisa mengarunginya yang masih bisa bertahan sampai sekarang.

Pemerintah akan Memaksimal Kembali Para Pengrajin
Berdasarkan data statistic perkebangan pengrajin sangkar burung tersebut menujunkan adanya penurunan dari tahun ke tahun, pada tahun 2000 tercatat hampir 30 unit usaha dengan hampir 195 kepala keluarga yang menekuni profesia kerajian sangkar burung. dan data statistic tahun 2005 unit kelembagaan ekonomi yang ada di desa Sangkanhurip tersebut menurun menjadi 19 unit atau kelompok usaha pengrajin sangkar burung yang di kelola atau ditekuni oleh kurang lebih 100 kepala keluarga. Para pengrajin sangkar burung tersebut tersebar di wilayah desa Sangkanhurip serta sebagian besar pengrajin berada di tiga Dusun yang ada di desa Sangkanhurip yaitu Dusun Sukasari, Dusun Bungursari dan Dusun Bojong tangjung.
Dari data tersebut jelas menunjukan bahwa permasalahnnya adalah unit kelompok usaha pengrajin sangkar burung tersebut sebenarnya belum secara serius dikelola dan mendapat perhatian dari pemerintah dan belum disadari bahwa para pengrajin tersebut adalah merupakan suatu aset bagi pengembangan daerah. Pemerintah Desa dan lembaga pemerdayaan masyarakat (LPMD) sebanarnya telah melakukan berbagai upaya dalam ikut mendukung pengembangan para pengrajin tersebut seperti yang di tujukan dari data penyaluran dana P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) tahun 2000 menunjukan bahwa pengembangan usaha pengrajin sangkar burung ini sebagian sudah pernah dilakukan melalui program tersebut, tapi berdasarkan evaluasi LPMD ternyata belum bisa berhasil secara tepat sasaran hal ini di buktikan dari pengembalian dana P2KP ini yang mulur dan terkesan macet.
Berdasarkan survey dari beberapa pengrajin sangkar burung yang ada di desa Sangkanhurip memang ada yang mengakui bahwa pada tahun 2000 ada dana P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) yang disalurkan kepada para pengrajin. Tapi sayang dana tersebut tidak menyentuh secara keseluruhan dari para pengrajin serta tidak dikelola secara serius, baik oleh pelaksana proyek (para pengrajin) ataupun oleh penanguang jawab proyek (pemerintah dan lembaga pemberdayaan masyarakat). Hal ini diperjelas oleh pernyatan dari ketua Asosiasi LPMD kec Katapang Drs Andang Jumhawan yang mengatakan bahwa dana yang dipergunakan untuk menanggulangi kemiskinan perkotaan sebagian memang disalurkan kepada para pengrajin sangkar burung yang secara penilaian kami pengrajin tersebut tidak memiliki modal tetapi memiliki kemampuan untuk berkembang. Artinya jelas tidak semua pengrajin sangkar burung dapat tersentuh dengan dana tersebut. Beliaupun menjelaskan bahwa dari dana yang disalurkan kepada para pengrajin tersebut rata-rata mulur dalam pengembaliannya dan hanyak 60 % saja dana yang bisa ditarik kembali.
Hal senada di ungkapkan oleh bapak Wilson Fisher kepala desa Sangkanhurip yang menjelaskan bahwa penyaluran dana P2KP yang di salurkan kepada para pengrajin sangkar burung tersebut sebenarnya tidak gagal, tapi hanya dalam pengembaliannya terjadi kemuluran waktu pembayaran hal ini di lebih didorong karena sistem pemberian bantuannya yang kurang tepat. Ibaratnya kalau dulu ini pemerintah memberikan langsung ikannya tapi tidak memberikan bagaimana cara menangkap ikannya. Artinya dulu pemberian hanya difokuskan pada pemberian modal usahanya dan tidak meberikan cara bangaimana agar modal usaha tersebut bisa berkembang dengan baik.
Banyak sebenarnya hal yang sudah pemerintah upayakan untuk mendorong para pengajin bisa lebih berkembang kembali, selain program P2KP, pemerintah pun pernah mengikut sertakan para pengrajin pada program JPS (Jaring Pengaman Sosial), pembuatan kelompok-kelompok usaha yang tujuannya agar pengajin-pengrajin tersebut bisa lebih berdaya. Tekad pemerintah kedepan akan terus berupaya mencari berbagai cara yang akan membangkikan usaha sehingga para pengrajin bisa lebih baik kembali.

Diperlukan Pendidikan Sumber Daya Manusia yang Profesional
Rendahnya tingkat pendidikan di kalangan pengrajin adalah salah satu permasalahan yang paling mendasar sehingga kualitas dan pengembangan kerajinan sangkar burung di desa Sangkanhurip dirasakan belum maksimal, bahkan di tahun terakhir menunjukan angka penurunan jumlah para pengrajin tersebut. Tercatat dari sejumlah para pengrajin sangkar burung yang ada di desa Sangkanhurip menujukan tingkat pendididkan yang cukup rendah yaitu Sarjana hanya 2 %, tingkat SLTA sekitar 10 %, SLTP berjumlah 30 %, SD menunjukan jumlah yang cukup besar yaitu 45%, tidak tamat SD ada 12 % dan tidak sekolah sebanyak 1 %.
Faktor SDM ini sebenarnya yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dari pada para pengrajin tersebut, sehingga sistem management pada pengelolaan dan pengembangan kerajinan sangkar burung ini tidak di kelola secara propesional. ”Dalam pengelolaannya saya bikin sesederhana mungkin, tidak menjelimet, tidak memerlukan teknik pengaturan yang tinggi, kita hanya harus tahu berapa yang masuk dan berapa yang keluar, di SDM pun kita tidak melakukan pelatihan ataupun apa, karena masyarakat didisini sebenarnya sudah menganggap bahwa keterampilan pembuatan sangkar burung ini adalah keterampilan yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyangnya, jadi pada dasarnya orang sini sudah pada bisa” Jelas Bapak Tardi, 40 tahun, yang mengaku menekuni kerajinan sangkar burung ini dari sejak kelas 2 SD dan sudah memiliki 6 orang pengrajin dirumahnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingkat pendidikan di kalangan para pengrajin cukup rendah adalah yang pertama faktor yang menganggap bahwa propesi kerajinan sangkar burung tidak memerlukan teknik yang tinggi, didapat secara turun-temurun, tidak secara khusus di pelajari sehingga tidak perlu sekolah yang tinggi. Faktor yang ke dua adalah kurangnya perhatian dari berbagai element dan adanya suatu anggapan bahwa propesi kerajinan sangkar burung ini kurang menjanjikan bagi masa depan sehingga orang-orang banyak yang memilih propesi lain atau bekerja di perusahaan yang lebih besar. Faktor yang ke tiga adalah faktor perekonomian dari pada masyarakat yang masih rendah atau tidak merata.
Pentinggnya pendidikan pada dasarnya di sadari oleh para pengrajin sangkar burung yang ada di Desa Sangkanhurip. Tingkat pendidikan akan membantu terhadap pengembangan wawasan, cara berfikir, idea dan tingkat kreatifitasan juga pendidikan pun salah satu yang mempermudah persyaratan dalam memperoleh dana bantuan dari pihak luar.

Modalnya serba pas-pasan
Modal yang berputar di para pengajin sangkar burung yang ada di Desa Sangkanhurip bekisar antara 10 juta sampai 30 juta per kelompok pengrajin. Modal tersebut sebagian besar diadapat dari hasil menabung atau jerih payahnya sendiri. Sedikit sekali yang didapat dari hasil pinjaman atau bantuan dari luar. Permodaan tersebut terdiri dari modal tetap, bahan baku dan biaya oprasional, serta upah para pekerja.
Permodalan yang di miliki oleh para pengrajin dirasakan serba pas-pasan, dan sangat sulit untuk pengembangannya, hal ini dirasakan oleh hampir sebagaian besar pengrajin. ”Dalam situasi seperti ini dimana bahan-bahan pada naik, seperti gergaji, sirlak, cat, bambu ataupun kayu cukup besar kenaiknya, ya... kita harus bisa-bisanya mengatur karena memang modal kita serba pas-pasan dan kita pun sangat kesulitan dalam memperoleh permodalan dalam pengembangan usaha ini” tutur Bapak Uu Wahyudin salah satu pengrajin sangkar burung dari Dusun Bungur sari
Memang sekarang sudah ada pihak yang sudah mulai melirik para pengrajin ini dan ada satu dua orang pengajin yang sudah mulai menerima kucuran bantuan permodalan dari pihak bank Swasta. Dana yang diperoleh dari pihak bank swasta ini bekisar antara 5 sampai 15 juta dalam masa pinjaman sampai 5 tahun. Bantuan dana dari pihak Bank Swasta ini memang cukup membantu walaupun masih dirasakan belum cukup untuk pengembangan usaha kerajinan sangkar burung ini. Selain jumlah pinjamannnya relatif kecil ternyata dalam memperolehnya sangat sulit sekali, karena tidak sembarang orang bisa mendapatkannya, banyak syarat-syarat yang harus dipenuhinya, yang jelas akan sangat sulit bagi para pengrajin yang dikelola secara tradisional dengan management tradisonal tanpa administrasi yang tersusun dengan baik dan terencana.
Kesulitan para pengrajin sehingga para pengrajin sangat memerlukan dukungan dana adalah karena adanya faktor kenaikan pada beberapa bahan baku dan bahan pembantu yang tidak ikuti secara seimbang oleh kenaikan harga jual yang sebanding dari produk yang di hasilkan yaitu sangkar burung, Kenaikan bahan baku dan bahan pembantu mencapai 50 % sampai 70 % sedangkan kenaikan harga jual maksimal hanya 20 % saja. Hal ini jelas sangat tidak seimbang dan mengganggu perputaran keuangan sehingga masalah ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan penurunan produksi para pengrajin sangkar burung.
Selain kenaikan bahan baku maupun bahan pembantu yang tidak seimbang dengan kenaikan harga sangkar burung yang di produksi, banyak faktor yang lain yang sangat menggangu perputaran modal sehingga menjadi kurang sehat, seperti dengan adanya isu wabah flu burung, produsi pun sampai sekarang belum pulih seperti biasa, produksi hingga saat ini masih turun antara 30 % sampai 40 % walaupun kalau dibanding dengan tiga bulan kebelakang ada suatu kenaikan permintaan dari pasar. Dengan kasus wabah flu burung banyak sekali sangkar burung yang dengan terpakasa harus di jual dengan harga yang murah dari pada harus disimpan dan hancur dimakan rayap. Para pengrajin pun mengurangi kapasitas produksinya, dan lebih hati-hati menyikapi berbagai pesanan sangkar burung

Pemasaran Melalui Agen
”Sekarang sebetulnya permasalahan yang ada di para pengajin sangkar burung itu adalah masalah bagaimana menjual hasil kerajinannya, walaupun sekarang juga sebenarnya pemasaran tersebut melalui agen-agen yang sudah menjadi langganan, tapi kalau seandainya kita mempunyai pasaran yang lebih baik setidaknya para pengrajin bisa lebih baik lagi. Seperti kita ketahui bahwa sangkar itu bukan merupakan kebutuhan pokok, ya.... dalam masa yang serba sulit ini memang agak susah dalam mencari pasar, kondisi sekarang saja dengan adanya isu wabah flu burung belum pulih secara normal, sekarang saya lebih mengharapkan ada pihak buyer dari luar negeri yang mau membeli produk kerajina sangkar burung dari kita ini, masalah kualitas saya berani menjamin” jelas pak Undang Wakyudin, 42 tahun salah satu pengajin dari Dusun Bojong tanjung, yang mengaku sudah menekuni kerajina sangkarnurung ini selama 25 tahun.
Cara pemasaran yang dilakukan oleh para pengrajin pada dasarnya hanya ada dua cara yaitu pemasaran dengan cara penyaluran lewat agen, dan cara pemasaran yang dilakukan secara langsung kepada konsumen. Dari kedua cara pemasaran ini memang mempunyai kelebihan dan kekuranggnya. Cara pemasaran yang menggunakan agent kelebihannya adalah produk yang dibuat rata-rata berdasarkan permintaan agent, quantitinya bisa banyak, bisa lebih bertahan lama. Kekurangnnya pemasaran dilakukan ke agent adalah keuntungan yang didapat sedikit dan kita tidak mengetahui penyaluran sebanarnya produk hasil kerajinan tersebut. Hal ini berbeda dengan pemasaran yang dilakukan sendiri dan langsung ke konsumen, kelebihannya keuntungan yang didapat bisa lebih besar karena pemasaran bisa langsung ke konsumen artinya ada jalur yang di pangkas yaitu agen, kita dapat tahu secara langsung keinginan konsumen dan sasaran konsumen. Kelemahan sistem pemasaran langsung adalah jumlah produk terbatas tidak bisa banyak karena ini di tentukan oleh bagaimana kita mau dan bisa mencari konsumen yang akan membeli hasil kerajinan tersebut.
Sistem pemasaran dengan sitem penyaluran lewat agent memang sistem pemasaran yang sekarang dianggap lebih baik, tapi kalau kita lihat perbandingan sosial ekonomi antara para pengrajin dengan para agent jelas sangat telihat perbedaanya, dengan kata lain para agent lebih menguasai para pengrajin sehingga harga pun ditetapkan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh para agent bukan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh para pengrajin. Tapi sistem pemasaran dengan para agent lebih menjamin keberlangsungan produksi dan tidak sulit memasarkan ke berbagai daerah.
Tujuan pemasaran para pengajin sangkar burung yang sudah memiliki hubungan dengan para agen yaitu agen-agen yang ada di daerah Jakarta, Cirebon, Suka Haji Bandung, Ujung berung Bandung. Pemasaran sangkar burung dari para agen memang disalurkan keberbagai daerah yang ada di Indonesia bukan saja di pulau Jawa tapi sampai ke pulau Sumatra sepeti Padang, Medan, Lampung, ke pulau Kalimanta sepeti Banjarmasin dan Pontianak ke Indonesia bagian timur seperti ke Maluku, Bali dan Kupang. Bukan hanya di dalam negeri pemasaran sangkar burung ini tapi para pengrajin sangkar burung pun pernah mendapat pesanan dari Negara Jepang dan Malayasia melalui agent yang ada di Jakarta dan Cirebon.
Sistem pemasaran dari suatu produk haruslah dikelola dengan baik dan dengan cara yang lebih propresional, hal ini adalah untuk menjamin keberlangsungan proses usaha tersebut. Untuk teciptanya suatu sistem pemasaran yang lebih baik jelas diperlukan sesuatu yang bisa mendorong terwujudnya sistem tersebut, faktor-faktor yang sangat memungkinkan terwujudnya sistem tersebut adalah yang pertama adalah faktor dari pelaku usahanya sendiri, adanya kemauan sehingga mampu menciptakan kemampuan dalam proses pemasaran tersebut. Faktor yang kedua adalah adanya dukungan dan perhatian dari pemerintah setempat untuk meciptakan sistem pemasaran yang baik dan mencitakan suatu iklim infestasi yang baik pula sehingga pemasaran bisa lebih menjanjikan. Faktor ke tiga adalah faktor yang datangnya dari fihak lembaga atau perorangan pemdukung atau pemerhati keberlangsungan kerajinan yang membatu mendorong terciptanya suatu sistem pemasaran yang lebih baik, berkembang dan mandiri.
Drs Andang Jumhawan ketua Asosiasi LPMD (Lembaga Pemerdayaan Masyarakat Desa) Kec. Katapang berharap dalam sistem pemasaran sangkar burung kedepan perlu dibentuk sebuah wadah seperti koperasi yang akan berfungsi sebagai sarana penampungan pemasaran bagi para pengrajin juga berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan para pengrajin tersebut.

Sepenggal Harapan
Seiring dengan bergulirnya berbagai kebijakan pemerintah baik tingkat desa ataupun kabupaten, terutama dengan adanya pengaturan pelimpahan kewengan dari tingkat kabupaten ke tingkat desa yang di dukung oleh pengaturan keseimbangan fiskal antara desa dengan kabupaten. Ini akan membuka sidikit peluang dan harapan usaha karena diharapakan dengan adanya penyerahan kewenagan dan perimbangan fiskal ini pemerintah desa akan lebih leluasa dalam mengelola potensi yang ada di desanya masing-masing, dengan sistem pengotrolan yang melibatkan masyarakat yang ada di desa tersebut.
Alokasi Dana Desa (ADD) sekarang di buat dan direncanakan 100% benar-benar berdasarkan aspirasi dari masyarakat desa yang ditampung lewat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD). Hal ini menunjukan suatu kemajuan sistem yang lebih baik, lebih transfaran, lebih aspiratif dan lebih selektif. Dalam kesempatan ini masyarakat berhak mengajukan, mengusulkan serta mengatur anggaran alokasi dana desa sesuai dengan keperluan dan potensi yang berkembang di desa tersebut.
Para pengajin sangkar burung pun berharap mendapat perhatian dan dukungan yang lebih baik dari pemerintah dalam berbagai hal. Misalnya dalam bentuk perijinan usaha diharapkan dapat lebih mudah dan murah. Setidaknya pemerintahpun bisa membantu para pengrajin dengan membuka berbagai pelatihan yang dapat memacu kreatifitas dan motifasi para pengrajin sehingga diharapakan para pengajin bisa lebih berkembang lagi.
Tidak ketinggalan peranan media komunikasi warga Radio Komunitas PASS FM 107,9 MHz bisa menjadi sebuah peluru kendali yang harus mampu mengontrol, mendorong, mendobrak berbagai kebijakan dan peluang sehingga akan tercipta suatu ke sinergisan usaha yang lebih baik. Radio Komunitas PASS FM banyak mengangkat potensi-potensi masyarakat, mengajak masyarakat bisa lebih cerdas. Dalam awal langkahnya PASS FM banyak menggelar diskusi tetang berbagai potensi desa, yang salah satunya tentang pemberdayaan pengrajin sangkar burung, dengan mengundang berbagai element yang berhubungan dengan pemberdayaan pengrajin tersebut.
Dengan bekembang berbagai perhatian, dukungan yang memacu motivasi para pengrajin hal ini merupakan sepenggal harapan yang tersisa yang mudah-mudahan bisa mewujudkan harapan dan cita-cita para pengrajin dengan sukses tanpa rintangan dan hambatan.

Pengrajin Wayang Orang dari Desa Sukamukti

Salah satu kebudayan yang menjadi cirri khas orang Jawa Barat adalah kebudayaan Wayang Golek, Salah satu dalang ternama asal Bandung ki Dalang Asep Sunandar Sunarya yang mempunyai group lingkung seni Giri Harja II pun sudah melambung tinggi sampai ke tingkat International. Menelusuri salah satu sudut yang ada di balik perdalangan yang sudah banyak dikenal oleh banyak orang, ternyata ada salah satu yang sebenarnya masih bisa di kebangkan sebagai potensi lain dan bisa mengihidupkan perekonomian masyarakat selain factor pementasan kesenian atau pagelar budaya pedalangan tersebut. Faktor tersebut adalah pembuatan wayang golek yang kita sebut pengrajin wayang golek.
Wayang dilihat dasar pembuatan terbagi menjadi dua yaitu pertama wayang kulit yang bahan dasarnya dari kulit, dan jenis wayang ini terkenal di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan yang ke dua adalah wayang yang bahan dasarnya terbuat dari kayu disebuat Wayang Golek. Jenis wayang ini terkenal di daerah Jawa Barat. Wayang golek sendiri berdasarkan bentuk terdiri dari 3 jenis yaitu yang pertama adalah wayang klasik. Berbentuk seperti orang tapi factor ukiran serta bentuk wajah tidak membentuk seperti aslinya, dalam hal ini hanya mengunakan permainan warna cat untuk mebedakannya, jenis wayang ini biasa di gunakan dalam cerita dari hindia seperti Maha Barata dan Ramayana. Jenis wayang golek yang ke dua adalah wayang orang, jenis wayang ini adalah bentuk penyempurnaan dari wayang klasik, berbentuk lebih menyerupai orang, dengan berbagai lekuk atau raut muka yang menyerupai manusia dengan berbagai ukirannya yang khas dan menonjol. Jenis wayang ini biasa di pergunakan dalam cerita Maha Barata dan Ramayana. Jenis wayang ke tiga adalah jenis wayang cepak, jenis wayang ini hampir sama dengan wayang klasik hanya perbedaanya dari tokoh yang di perankannya kalau pada wayang cepak ini tokoh yang di buatnya adalah kisah para wali atau tokoh-tokoh pada kerajaan Sunda.

1. Diantara potensi desa.
Untuk menelusuri dari mana wayang-wayang tersebut di buat kita kunjungi salah satu sudut desa yang berada di desa Sukamukti Kec. Katapang kab. Bandung, yang berpenduduk sekitar ……. Orang dari data sensus tahun 2006, dengan luas desa terhampar sebesar…… ha. Kehidupan perekonomian penduduknya meliputi pertanian … %, perdagangan …. %, buruh industri ….. %, Pegawai negeri ….. % dan para pengrajin…… %. Salah satu sector potensi desa yang dapat menopang perekonomian desa Sukamukti adalah sector kerajinan yang salah satunya adalah kerajinan Wayang Orang. Kerajina wayang orang ini adalah kerajina yang di konsumsi oleh para seniman atau lingkung seni wayang golek.
Di desa Sukamukti ini kesenian perwayangan memang cukup menonjol di banding dengan desa-desa lain yang ada di kec. Katapang. Hal ini terbukti dengan munculnya lingkung seni-lingkung seni pewayangan diantaranya lingkung seni wayang Pusaka, Lingkung seni Wayang Jinawi 1 dan lingkung seni Wayang Jinawi 2, yang kesemuanya berada di wilayah desa Sukamukti kec. Katapang. Bermunculannya lingkung seni-lingkung seni pewayangan tersebut membuat salah seorang warga Desa Sukamukti berinisiatif untuk mengeluti kerajinan wayang tersebut, yang akhirya propesi pembuatan wayang tersebut menjadi propesi untuk mengais rejeki dalam menafkahi keluarganya.
Kang Suhendar 29 tahun, dengan seorang istri yang sudah melahirkan 1 orang anak yang sekarang sudah duduk di kelas 3 SDN Sukamukti, mengaku telah menekuni kerajina tersebut dari sejak kelas 5 SD. “ Awalnya saya merasa suka dan senang terhadap cerita-cerita pewayangan, dengan iseng saya mencoba membuat wayang-wayang tersebut, tapi karena pada saat itu tidak mempunyai tempat bertanya, keinginan saya itu sedikit terhambat, baru sekitar tahun 1996 saya belajar di Ciparay pada Bapak Uus dan Bapak Usid, dan dari situlah saya mulai bisa dan mulai menekuni propesi kerajinan wayang ini, sampai saya yakin bahwa propesi sebagai pengrajin wayang ini bisa di jadikan sutu propesi yang bisa menghidupi keluarga saya”
Diakui oleh Bapak Ahmad Khobir selaku kepala desa di desa Sukamukti bahwa keberadaan lingkung seni pewayangan dan hadirnya pengrajin wayang tersebut sedikit besarnya mengharumkan nama daerahnya, baik tingkat Daerah maupun tingkat Nasional “Terus terang saja dengan adanya lingkung seni dan munculnya pengrajin wayang ini bagi kita sebagai pemerintah, merasa bangga karena selain menghidupkan sector ekonomi masyarakat desa, juga mampu mengangkat nama desa atau nama daerah kita ke tingkat yang lebih tinggi, kita pemerintah desa pun akan selalu mengoptimalkan potensi tersebut sebagai sebuah asset yang dapat mengangkat seni budaya sekaligus perekonomian masyarakat desa ini”
Kepada desa Sukamukti pun mengemukakan, setidaknya masyarakat desa Sukamukti bisa lebih kretif, lebih inovatif dalam menyongsong hari depan yang lebih cerah. Diharapkan dengan muncul dan bertambah majunya pengrajin-pengrajin wayang ini akan mengurangi angka pengangguran di desa Sukamukti, sehingga sector ekonomi bisa lebih hidup dan tingkat kesejahteraan, pengetahun, angkat sekolah pun akan lebih meningkat.

2. Membuat Wayang Tidak Sembarangan
Dalam proses pembelajaran pembuatan wayang tersebut Kang Suhendar yang mengaku telah telah membuat wayang-wayang yang dimainkan oleh dalang kondang Asep Sunandar Sunarya dari Giri Harja 2 itu, ada beberapa tahapan, yaitu yang di pelajari pertama adalah tahapan ukir (ngukir), tahap ini adalah tahapan yang termudah dari proses pembuatan wayang orang, tahapan ukir ini adalah tahapan dimana pengukiran terutama pada kepala wayang. Tahap kedua dalam pembelajaran pembuatan kerajina wayang ini adalah belajar membuat muka wayang, pelajaran pembuatan muka ini tergolong lebih sulit dari pada proses ngukir, karena disamping kita harus tahu wajah di tokoh pewayangan, kita pun harus tahu karakter wayang yang sedang kita buat. Tahapan ke tiga dalam pembelajaran pembuatan kerajina wayang tersebut adalah tahapan “ngabalakan” artinya proses awal dimana wayang yang berasal dari kayu gondongan yang di potong-potong, kemudian di belang dan di bentuk sehingga dimensinya akan mendekati terhadap hasil jadinya, tahapan ini menjadi tahapan yang paling rumit karena disamping tahu wajah, karakter juga kita harus mempunyi filling yang kuat agar pada proses selanjutnya tidak gagal atau menghasilkan wayang yang baik.
Pembuatan wayang yang dilakukan kang Suhendar sekarang ini hanya sebatas membentuk kepala wayangnya saja, selama tiga hari kang Suhendar bisa membuat kepala wayang sebanyak 2 buah. Harga satu kepala wayang di hargai rata-rata Rp 75.000,-. Dan satu bulan pak suhendar bisa mendapat keuntungan dari pembuatan wayang tersebut sebesar Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 juta dari modal Rp 300.000,-. Dari uang itulah Kang Suhendar bisa menghidupi keluarganya dan menyekolahkan putranya.
Proses pembuatan wayang orang ini memang tidak sembaranga, makanya pengrajin wayang orang yang khusus melayani pesanan para Dalang tersebut terbilang langka, di daerah Bandung saja masih bisa terbilang dengan jari tangan. Artinya pembuatan wayang orang untuk di pakai dan dimainkan oleh para Dalang memang tidak sembarangan, makanya harganya pun cukup tinggi kalau dibanding dengan wayang-wayang yang dibuat hanya untuk hiasan saja. “ Ada beberapa tokoh wayang yang pada saat pembuatannya itu harus dilakukan acara ritual, misalnya pembuatna tokoh wayang Arimba, bisanya sebelum proses pembuatan wayang tersebut terlebih dahulu harus dilakukan acara pemotongan anyam dan sesaji, terus pembuatan tokoh pewayangan Semar, pada saat pembuatan kita harus melakukan puasa. Jika acara ritual itu tidak di lakukan makan hasilnya tidak akan terpakai oleh Dalang yang akan memainkannya, percaya atau tidak dan itu kenyataanya”

3. Melayani Pesana Para Dalang
Produksi wayang yang dihasilkan oleh Kang Suhendar adalah wayang-wayang yang secara khusus di peruntukan untuk dimainkan oleh para Dalang. “Sampai saat ini saya hanya melayani pesana wayang yang di pesan oleh para dalang, sebenarnya banyak yang datang ke tempat saya, dan memesan wayang –wayang untuk di perjual belikan atau untuk supenir, tapi sampai saat ini belum bisa terpenuhi, ya alasannya pertama modalnya harus besar, pekerjanya harus lebih dari dua atau tiga orang. Makanya saya hanya khusus melayani pesana-pesana dari dalang saja, walaupun rada sedikit rumit tapi modalnya relative kecil tapi hasilnya lumayan bisa untuk keperluan keluarga dan sedikit menabung”
Dia mengaku sampai saat ini dia tidak kesulitan dalam meraih pesanan, karena memang namanya sudah mulai dikenal oleh para Dalang yang ada di Jawa Barat. Pemesan wayang-wayang tersebut bisa dilakukan sesuai keperluan ataupun satu set komplit wayang sekitar 200 buah wayang dari mulai golongan buta, dewa, satria, resi, ponggawa, putri sampai gendul. Pemesanan dilakukan biasanya via telephon atau sms yang kemudian di susul dengan kesepakan yang biasanya dengan cara mebayar uang muka sebesar 50 % dari jumlah pesanan, dan 50 % lagi setelah wayang wayang tersebut selesai di kerjakan. “Kalau pesana itu seudah disepakati besama, maka kita buat kontraknya dan kesepakatan, karena memang kalau pemesanannya banyak misalnya saja satu set wayang komplit, waktunya cukup lama dari mulai pengadaan bahan sampai finising bisa mencapai 3 bulanan dengan jumlah yang mengerjakan 3 orang”
Pelayanan yang dilakukan oleh Kang Suhendar serta hasil produksi wayangnya memang diakui oleh para Dalang cukup memuaskan Bapak Asep Kamawijaya selaku pimpinan lingkung seni wayang Pusaka dan sekaligus sebagai Dalang yang memakai wayang produk Kang Suhendar mengatakan bahwa hasil wayangnya memang memenuhi estetika di pewayangan sebagimana yang di persyarakan oleh para Dalang dalam dunia pewayangan.
Hal senada pun terungkap dari pimpinan Lingkung Seni Jinawi II Bapak Asep Sandi Slantar “Memang orangnya cukup mahir dan pengalaman, terbukti dengan jarangnya ada wayang-wayang yang gagal atau dikembalikan kepada dia, kalau kita biasanya rutin setiap ….. tahun sekali atau sudah dipakai sampai …. kali pakai wayang-wayang tersebut harus kita ganti atau kita perbaharui, dan biasaya pemesanan wayang pun tidak bisa sembarangan karena wayang untuk pementasan beda dengan wayang untuk supenir, kalau wayang untuk supenir itu saya rasa sudah banyak orang yang bisa, tapi penrajin atau orang yang membuat wayang untuk para dalang mungkin boleh di bilang masih jarang, artinya orangnya yang harus mengerti tentang pewayangan dan aturan dalam pewayangan”

4. Perana Semua Pihak dalam Pengembangannya.
Pewayang adalah salah satu budaya yang memang di lestarikan dan di kebangkan oleh pemerintah. Kesenian ini secara turun menurun di wariskan oleh para oleh para leluhur kita untuk terus di kembangkan agar bisa terus terjaga dan membawa manfaat kepada para pelakunya. Seperti hal nya Kang Suhendar salah satu pengrajin wayang orang yang ada di desa Sukamuti menyampaikan harapan dan cita-citanya. “Sebenarnya saya mempunyai cita-cita dalam pengembangan usaha ini, saya ingin mengebangkan usaha kerajinan wayang untuk sopenir karena memang sudah ada beberapa yang langsung datang ke saya dan meminta wayang-wayang untuk sopenir, sekarang masih tahap penjajakan di personil yang akan di rekrut dan di latih untuk pembutan wayang, simualasi permodalan, dan survey pasar. Kalau semuanya sudah lengkap kita akan memcoba melangkah kearah itu. Saya hanya minta dukungan dan doa restu dari semua pihak, baik dari pemerintah dan semua yang terkait, Insyallah target saya tahun depan sudah bisa mulai”
Cita-cita pengembangan usaha seperti hal tersebut diatas memang perlu di dukung oleh berbagai element. Pemerintah desa Sukamukti dalam upaya mendorong terwujudnya suatu masyarakat yang lebih kreatif sehingga tingkat kesejateraannya pun bisa lebih baik secara resmi telah menganggarkan dan mengajukan program pemberdayaan masyarakat desanya dalam pengalokasian dana Desa. Disebutkan dalam alokasi dana desa di usulkan bahwa dalam menujang peningktan para pengrajin akan diadakan pelatihan serta pembinaan bagi para pengrajin, Bukan hanya peran pemerintah saja yang harus benar-benar mendukung terhadap keberlangsungan para pengrajin tersebut tapi semua unsure lapisan masyarakat harus peduli dan ikut berperan aktif didalamnya, PASS FM misalnya adalah suatu media indefendent yang lahir dari kandungan masyarakatnya, senantiasa berperan sebagi media yang menyuarakan berbagai kepentingan komunitasnya. Dalam upaya membatu mewujudkan para pengrajin PASS FM pun membantu mempublikasikan, mencari laternatif, mengelar diskusi, dan menjadi jembatan bagi terhubungnya komunikasi yang harmonis antara masyarakat dengan birokrat.

TEKNIK BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN BELUT

A. Memilih Tempat / Lokasi Budidaya
Sebelum pembuatan kolam dimulai, lokasi bakal pembuatan kolam perlu diperhatikan. Survei lokasi sehatusnya dilakukan sebagai langkah awal bagipara investor atau peminat sebelum memutuskan untuk membangun kolam. Namun, kenyataan yang terjadi kini sering tidak denikian. Umumnya orang memiliki tanah terlebih dahulu baru tertarik untuk membangun kolam. Meskipun demikian, tidaklah berlebihan jika dalam diktat ini disinggung langkah –langkah yang idelauntuk membuat kolam.
Luas lahan yang akan dibuat kolam harus diukur terlebih dahulu. Kemiringan lahan juga harus diukur, kemudian menentukan batas kolam yang akan dibuat.
Kolam untuk belut, pembuatan kolam meliputi pengamatan letak lahan, pembuatan skema (gambar) konstruksi, pengerjaan pengganlian, serta pemasangan danpembuatan bagian- bagian perlengkapan kolam seperti pintu air, saringan dan lain – lain.

B. Membuat Kolam
Jika dalam memilih lokasi sudah ditentukan dimana lokasi kolam yang akan dibuat dan telah memenuhi persyaratan maka pembangunan kolam sudah dapat dimulai. Namun sebelumnya harus ditentukan dulu jenis kolam yang akan dibuat sebab kegiatan budidaya belut yang lengkap memerlukan jenis kolam sesuai dengan kegiatan yang hendak dilakukan. Adapun jenis-jenis kolam yang harusadadi suatu areal budidaya belut adalah kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan, dan kolam pembesaran.

Ukuran kolam untuk semua jenis kegiatan tidak sama besarnya, yaitu :
1. Kolam penampungan induk,ukurannya 200 cm X 200 cm dengan kedalaman 100 cm
2. Kolam pemijahan dan pendederan, ukurannya 200 cm X 200 cm dengan kedalaman100 cm
3. Kolam pembesaran, ukurannya 500 cm X 500 cm dengan kedalaman 120 cm


C. Media Pemeliharaan
Setelah kolam selesai dibuat yang paling utama adalah pemberian media pemeliharaan sebelum kolam tersebut dipergunakan, yaitu media untuk tempat hidup belut berupa tanah sawah atau Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos ( sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan ), jerami padi, cincangan pisang, pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :

- Lapisan pertama paling bawahjerami padi setinggi 40 cm
- Diatas jerami ditaburi secara merata pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
( Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatasdapat dijadikan patokannya )
- Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5 cm lapisan keempat pupuk kompos setinggi5 cm
- Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi 5 cm
- Lumpur kelima cincangan batang pisang setinggi 10 cm
- Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi 15 cm
- Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
- Diatas air ditanami secara merat ecenfg gondok sampai menutupi ¾ permukaan kolam.

Setelah semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan tersebut selama 2 ( Dua ) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi. Dan setelah 2 ( Dua ) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.

D. Memilih Benih
Pelaksanaan pengembangbiakkan sudah bisa dimulai dengan telah terlengkapinya semua sarana yang dibutuhkan. Untuk tahapan ini yaitu memilih benih. Agar diperoleh belut berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih harus memenuhi syarta sebagai berikut :
1. Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus, yaitu tidak ada luka bekas gigitan,
2. Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
3. Penampilannya sehat yang dicirikan dari tubuhnya yang keras, tidak lemas jika di pegang
4. Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklat-coklatan
5. Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan

Belut mempunyai kelamin ganda (Hermaprodit) pada kehidupannya. Belut ini menjalani pergantian kelamin dari betina ke jantan dalam siklus kehidupannya.

Belut muda selalu berkelamin betina. Sedangkan belut yang sudah tua selalu berkelamin jantan. Dan karena sifat – sifat belut serupa itu, amka pada belut bisa terjadi masa kosong kelamin atau banci. Dengan adanya perubahan kelamin inilah pada belut sering terjadi kanibalisme, saling bunuh dan makan diantara mereka sendiri.

Induk belut yang baik dapat dikenali dari penampilannya. Untuk mengetahui induk belut yang baik, berikut diberikan cirri-ciri induk belut jantan dan induk belut betina.

a. Ciri Induk Belut Jantan
- Berukuran panjang lebih dari 40 cm
- Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu – abu
- Bemtuk kepala tumpul
- Usianya diatas sepuluh tahun
b. Ciri Induk Belut Betina
- Berukuran panjang antara 20 cm -30 cm
- Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
- Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perutnya
- BEntuk kepala runcing
- Usianya dibawah sembilan bulan


E. Perkembangbiakkan Belut
Belut ini mudah berkembang biak dialam, tetapi juga tidak sulit dikembangbiakkan di kolam, asal media dikolam menyerupai habitat aslinya.

Secara alami berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang amat panjang yaitu mulai dari musim penghujan sampai dengan permulaan musim kemarau ( Kurang lebih empat sampai lima bulan )

Perkawinan belut umumnya tiba akan terlihat belut jantan berbomdong ramai – ramai berenang ke berbagai penjuru kearah tepian. Diperairan yang dangkal itulah nantinya belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan diabangun mirip “U” . Selanjutnya dalam lubang tersebut belut jantan lalu membuat gelembung-gelembung udara yang membusa di permukaan air diatas salah satu lubnagnya. Busa – busa tersebut berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Belut jantan menanti kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.

Setelah belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan dilangsungkan akan terjadi cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam perkawinan telur-telur dari betina akan dikeluarkan disekitar lubang dibawah busa-busa yang mengapung pada permukaan aor. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan dicakup belut jantan untuk disemburkan dan diamankan dalam lubang persembunyian.

Kemudian belut jantanlah yang akan menjalani tugas menjaga telur – telur tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan galaknya bukan main. Setiap mahluk yang mendekat ke sarang pasti akan diserang.

F. Penetasan
Telur –telur dialam akan menetas setelah 9-10 hari kemudian. Tetspi untuk dikolam pendederan dan pemijahan telur-telur belut akan menetas dalam waktu 12-14 hari. Sewaktu baru menetas warna anak belut kuning setelah itu pelan – pelan berubah menjadi kuning kecoklatan dan selanjutnya menjadi coklat muda. Anak –anak belut yang sudah menetas sementara masih diasuh oleh belut jantan selama dua minggu. Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenag sendiri dan meninggalkan sarana penetasan. Mereka sudah mampu menggali lubnag dan mencari makanan sendiri tempat lain.

G. Makanan dan Kebiasaan Makan
Secara alamiah belut memakan berbagai jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh dalam air. Seperti serangga, siput, Cacing. Amak katak dan anak ikan. Jadi belut termasuk golongan karnivora yaitu ikan pemakan binatang lain.

Belut yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain Protozoa (Hewan bersel satu ), Mikrokrusasea (Udang-udangan renik), invertebrate mikroskopik ( hewan –hewan tak bertulang belakang yang kecil-kecil ). Sedangkan beluta yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing siput, berudu kodok, dan benih-benih ikan yang masih lemah.

Karena belut menyukai binatang hidup, maka tidak mudah belut mencari makanannya. Untuk itu belut mnyergap mangsanya dengan menbuat lubang perangkap. Lubang ini dibuat denganmenggali Lumpur, baik ditepian perairan maupun ditengah sawah atau rawa. Lubang penyerga[ ini bergaris tengah 5 cm dan memanjang seperti terowongan. Bentuk lubang mula-mula tegak ke bawah, lalu membengkok dan mendatar.

H. Hama Belut
Belut tidak terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman bakteri. Yang diderita belut hanya disebabkan oleh kekurangan pakan, kekeringan atau dimakn oleh sesama belut. Jadi agar belut peliharaan tetap sehat, usahakan jangan kekurangan pakan dan kondisi kolam pemeliharaan airnya teteap mengalir.

Hama belut selain sebagai pemangsa, juga dapat sebagai pesaing dalam hal konsumsi pakan. Hama dan pemangsa yang bisa menyerbu kolam pemeliharaan belut antara lain :
- Burung belibis
- Bebebk / Itik
- Berang – berang

Cara yang terbaik dan tepat dalam pengendalian hama dan pemangsa belut, yaitu dengan cara membuat kondisi kolam pemeliharaan rapih sesuai aturan dan sesuai dikontrol agar tidak menjadi sarang bagi hama pemangsa.

I. Panen
Untuk memanen belut, diperlukan ketepatan waktu panen dan cara panen. Wadah penampungan juga perlu disiaokan untuk membawa belut hasil panen di lokasi penjualan.

Belut siap dipanen untuk kebutuhan pasar local dari mulai penaburan benih minimal 3 bulan ( Sisitem dengan pembesaran ), sedangkan untuk kebutuhan pasar ekspor dari mulai penaburan benih minimal 6 bulan ( sisitem dengan pembesaran ).

J. Paska Panen
Perlakuan paska panen yang perlu diperhatikan adalah membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan bila ada yang bocor. Hendaknya media pemeliharaan dapat digantikan dengan yang baru, supaya zat renik-renik makanan untuk belut tidak habis dan tumbuh banyak

K. Pemasaran
Belut merupakan makanan konsumsi manusia. Untuk itu, belut dapat dipasarkan di pasar-pasar ikan dan pasar tradisional.

Saat ini di bandung masih mudah menjual belut. Jumlah permintaan saat ini masih sangat besar, di pasar Kosambi Bandung masih membutuhkan jumlah dari 100 Kg belut hidup perhari. Dipasar Ciroyom Bandung setiap harinya juga membutuhkan lebih dari 500 Kg belut hidup. Dengan harga eceran rata-rata Rp. 15.000,- sampai dengan Rp. 20.000 per Kg –nya. Untuk belut yang jumlah per Kg-nya sebnayak 20-30 ekor.

Sedangkan untuk pasar ekspor masih sangat kekurangan sekali, karena permintaan Negara Hongkong sebnanyak 8.000 Kg perhari baru dapat terpenuhi 3.000 Kg. Belum permintaan dari Negara lain seperti Jepang, Malaysia, Korea, Itali, Perancis, dan Belanda belum bisa terpenuhi.

L. Pencatatan
Pencatatan adalah suatu kegiatan mencatat semua kegiatan pembudidayaan. Pencatatan memuat informasi, diantaranya : Tanggal memasukkan benih, jadwal pemberian pakan. Jadwal panen, data peoduksi dan lain – lain.



ANALISA USAHA

Penggemukan / pembesaran pada kolam seluas 5 x 5 meter dengan kedalam 120 cm ( Perhitungan masa panen 3 bulan )

Biaya yang dikeluarkan :

· Pembuatan kolam dan media = Rp. 700.000
· Bibit belut 40 Kg X 20.000 = Rp. 800.000
· Pakan & Konstetrat = Rp. 300.000
· Biaya tenaga kerja = Rp. 100.000
· Biaya lain – lain = Rp. 100.000
Total Biaya = Rp. 2.000.000

Pendapatan yang diterima :
Penjualan 250 Kg X Rp. 10.000 = Rp. 2.500.000

Keuntungan yang diterima :

· Pendapatan yang diterima = Rp. 2.500.000
· Biaya – biaya yang dikeluarkan = Rp. 2.000.000
Keuntungan Bersih = Rp. 500.000

Keuntungan bersih Rp. 500.000, ini adalah untuk masa panen tiga bulan pertama dan untuk masa panen tiga bulan kedua keuntungan yang didapat Rp. 1.100.000,- karena biaya pembuatan kolam sudah masuk panen tiga bulan pertama

Catatan : Harga diatas berlaku pada bulan Januari 2004 dan sewaktu – waktu



PEMBESARAN BELUT DI KOLAM

Persiapan Kolam
· Kolam dibuat ukuran minimal 25m2 ( 5 m X 5 m ) dengan kedalaman 1,2m
· Kolam diberi media pemeliharaan berupa tanah / Lumpur sawah, pupuk kandang, jerami padi, batang pisang, dll sesuai dengan pemakaiannya
· Setelah semua media dimasukkan kedalam kolam, diamkan media tersebut selama 2 minggu sebelum benih ditebarkan agar terjadi proses fermentasi

Penebaran Benih
Padat penebaran disesuikan dengan kapasitas optimal kolam, yaitu 1,5 Kg benih untuk 1 m2, jadi untuk 5 m x 5 m = 25 m2 dibutuhkan benih 25 X 1,5 = 38 Kg dibulatkan jadi 40 Kg

Pemeliharaan
Lama pemeliharaan 3 – 6 bulan
Pakan diberikan berupa cacing, ikan, anak katak hijau, belatung, dll, dengan perbandingan 5 % per hari dari jumlah benih yang ditebar ( Sebagai contoh 40 Kg benih perharinya membutuhkan pkan 40 Kg X 5 % = 2 Kg perhari )
Pakan ditebarkan langsung atau ditanamkan dibawah media pemeliharaan
Aliran air diusahakan tetap lancer

Pemanenan
· Pemanenan belut dilakukan jika bobotnya sudah memenuhi ukuran pasar ( 100 Gr -200 Gr per ekornya atau 1 Kg berjumlah 10 -20 ekor ), biasanya setelah 3 bulan ( pasar local ) dan 6 bulan ( pasar ekspor )
· Pemanenan dilakukan dengan bantuan bubu ( satu hari sebelum pemanenan total dengan pengeringan kolam )